Peredaman ambisi yang paling redam, adalah saat perjalanan menjadi Ibu🤍. -dwiajengvye-


Saat hamil Diya dulu mikir, bisa nggak ya besok tetap terus aktif berkarya meski udah punya anak? Meski pada akhirnya memilih resign dari pekerjaan dengan segala resiko postpartum depression saat itu, tapi perjalanan proses jadi Ibu itu yang membuat batin harus sabaar dengan kerumitan plus keriwehan antara merawat ambisi untuk terus berkarya sebagai perempuan dan meredam ambisi untuk menuntun kodrat sebagai Ibu.

Heran juga kenapa perempuan (seringnya) harus kehilangan kemerdekaan menjadi dirinya sendiri saat sudah memiliki anak? semestinya semua bisa terus beriringan tanpa ada yang teredam. Proses demi proses, sepanjang umur Diya saya bersyukur dengan segala keterbatasan bisa kembali bangkit meraih sebagian kemerdekaan diri dengan terus berusaha menelurkan ide dan gagasan menjadi karya apapun. Sebisanya, semampunya, tanpa putusasa, dengan iringan doa pada yg Maha Baik, Alhamdulillah bisa terlalui.

Empat tahun kemudian, hari ini, kedua kalinya memikirkan hal yang sama lagi. Kalau menengok kembali pada jejak langkah kaki kemarin, heran juga dan bertanya pada diri "kenapa harus takut menghadapinya yang kedua kali?". Orang bijak pernah bilang "Kalau udah pernah berhasil melewati hujan badai, kenapa harus takut melewati hujan gerimis?" :")

Hmm.. saya rasa ini mungkin hanya sebuah perasaan sedih sesaat saya sebagai Ibu dan juga perempuan yang sebulan terakhir ini harus kembali mulai meredam ambisi diri. Banyak momentum yang terlewati dengan cukup insecure karena pengaruh perubahan hormon trimester 1 kehamilan. Ketidakmampuan fisik untuk beraktivitas dan menjalani rutinitas harian seperti biasa, saya menyadari bahwa diri saya sendiri harus mulai belajar menerima kenyataan dan berdamai bahwa tubuh saya, pikiran saya, ambisi saya, memang harus ikut istirahat.  Bahkan Ramadhan dan lebaran tahun ini yang sebenarnya bisa menjadi momen hangat temu kangen bersama keluarga, nyatanya semua jauuh dari ekspektasi, selalu ingin skip dan skip hari-hari itu.  Hari-hari terlalui dengan rasa yang lesu dan terasa sangat panjang.

Aaah, di paragraf terakhir ini agakya perasaan diri udah mulai terurai. Dan semakin sadar juga sih bahwa mungkin ini juga pengaruh sebulan ini memang nggak pernah sempat untuk menguraikan setiap hal yang muncul di pikiran. Mulai udah nggak betah lama-lama menghadap smartphone meskipun yaa harus terus cek pekerjaan. Kalau menulis udah menjadi sebuah kebutuhan, sekalinya macet kan bisa ruwet juga kan ya xD. Sekali lagi, kemarin kamu bisa melewati badai menuju pelangi. InsyaAllah kali ini juga bisa melewati hujan gerimis. Lekas sehat lagi yuk. Aamiin aamiin🤍🙏🏻.

Buat kamu yang mungkin juga mengalami hal yang sama di manapun, tetap semangat ya Bestie!



Bantul 27°,
Dwi Ajeng Vye

0 Komentar