Dulu, saat saya masih aktif bekerja formal, saya sering merasa kekurangan waktu. Waktu seperti banyak habis untuk kepentingan pekerjaan, persiapannya dan perjalanan pulang-pergi. Saking merasa monotonnya rutinitas bekerja membuat saya seperti kehilangan gairah dalam hidup, gelisah setiap saat. Ingin rasanya berhenti sejenak, atau libur lama untuk saya bisa menikmati dunia saya sendiri. Melakukan hal-hal yang saya sukai dengan bebas tanpa dikejar tugas dateline pekerjaan. Bebas tanpa ada batasan waktu. Mengeksekusi ide-ide yang sempat tertunda karena priotitas pekerjaan formal.

Kini, hari ini, sudah satu setengah bulan saya resign dari pekerjaan formal plus 3 bulan cuti melahirkan. Saya kira (seperti yang pernah saya perkirakan sejak saat masih bekerja), dengan sudah resign, saya bisa memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang menjadi kesukaan atau pekerjaan pribadi. Ternyata...begitu lah. Manusia tiada pernah merasa cukup. Selalu merasa kurang dan terus kurang😊.

Mengapa begitu ya?
Setelah saya pelajari lagi, mungkin karena: dengan bebasnya saya dari tugas-tugas pekerjaan formal, saya akan  memiliki lebih banyak waktu untuk "membrainstorming" otak saya untuk membuat ide-ide yang ingin saya wujudkan. Semakin banyak waktu, semakin ide-ide banyak bermunculan. Lalu, saking banyaknya lama-lama saya merasa kewalahan sendiri karena pusing mana yang harus dieksekusi lebih dulu. Atau seringkali, saat sedang mengeksekusi satu ide, tiba-tiba bermunculan ide-ide baru lainnya. Hadeeh. :3

Terkadang saya merasa lelah sendiri dalam mengendalikan keliaran pikiran saya. Antara merasa lelah dan tetapi juga merasa bersyukur. Bersyukur karena apa yang ada dan muncul dalam diri saya adalah dalam kehendak Tuhan, sebagai wujud Tuhan menyayangi saya.

Di sisi lain, memang sangat penting kita untuk mengendalikan pikiran kita sendiri. Ide-ide bermunculan, memang sangat baik. Tetapi ia tetap butuh untuk dikontrol agar tidak menyakiti diri sendiri, dan itu adalah PR yang masih harus terus dipelajari dan diasah. Bismillah, semoga tak berputusasa dalam belajar. Amin.

Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye

0 Komentar