Mendidik secara Konkrit: Wujudkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Menjadi
pendidik dalam sebuah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah sebuah
pilihan. Satu tahun sembilan bulan menjalani profesi sebagai pendidik PAUD
secara penuh (fultime) memberikan banyak pengalaman dan proses
pembelajaran yang membuat saya ingin terus mengasah diri menjadi lebih baik
lagi. Bagi saya, menjadi pendidik tidak hanya sekedar menulis sebagai dasar
pijakan kegiatan pembelajaran seperti halnya administrasi di atas kertas. Lebih
dari itu, sebagai pendidik kita harus benar-benar mendalami, memahami, serta
mengaplikasikan secara konkret setiap nilai pendidikan karakter dalam praktik
pendidikan dan pengasuhan anak.
Di
sisi lain, setiap pendidik dihadapkan pada tuntutan tugas administrasi
pembelajaran yang begitu banyak, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian
hingga administrasi pembelajaran. Akan tetapi, justru itu lah tantangan yang
harus dihadapi dengan profesional oleh setiap pendidik. Bagaimana kita tidak
hanya menjadi seperti “robot”, melakukan kegiatan pembelajaran untuk memenuhi
tugas administrasi pembelajaran, tetapi juga kita tidak lupa akan esensi dari
setiap prose pendidikan dan pengasuhan yaitu asah, asih, asuh.
Mendidik
secara konkrit bagi saya adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh
setiap pendidik. Seperti kita ketahui, bahwa anak-anak adalah peniru yang
sangat baik. Apa yang mereka lihat dan dengar menjadi sebuah cerminan mereka dalam
bersikap. Kita sebagai pendidik sudah waktunya untuk menyadari betapa
pentingnya peran kita dalam proses pendidikan anak usia dini. Pendidik perlu
menjadi role model terbaik bagi anak-anak, sehingga anak dapat meniru
hal-hal yang baik untuk mewujudkan pendidikan karakter yang baik pula pada
anak. Oleh karena itu, penting sekali pendidik untuk selalu sadar ruang dan
waktu atas apa yang sedang ia lakukan. Ucapan, tingkah laku, juga ekspresi yang
dapat menjadi teladan untuk peserta didik.
Menjadi
role model bagi anak tidak terbatas pada ruang dan waktu saat berada di
lingkungan PAUD. Bahkan di lingkungan rumah kita sendiri, di jalan, di toko,
pasar, atau tempat-tempat lain yang tidak ada anak-anak. Hal itu dilakukan agar
penanaman dan penguatan karakter seorang pendidik dapat terjadi dengan baik. Saya
sangat meyakini bahwa karakter yang kuat yang dimiliki seorang pendidikan akan
mempermudah pembangunan karakter pada anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya untuk mengasah dan memperbaiki diri pendidik secara terus-menerus.
Untuk
mewujudkan hal itu, pendidik perlu memulai untuk melakukan refleksi atas
pendidikan dan pengasuhan yang selama ini sudah diberikan kepada peserta didik.
Sebagai role model, peserta didik adalah cerminan dari nilai pendidikan
dan pengasuhan yang sudah kita berikan kepada mereka. Dengan merefleksi diri,
kita bisa mengetahui hal-hal apa saja yang menurut kita belum maksimal atau
perlu dibenahi menjadi lebih baik lagi. Setelah berhasil merefleksi, kita dapat
melakukan perbaikan diri yang dilakukan mulai dari hal-hal kecil, kontinue, dan
dilakukan secara konkret. Mulai dari penerapan “maaf, tolong, dan terima
kasih” hingga bagaimana kita belajar menjadi seorang sahabat bagi anak
dan menjadi pendengar yang baik terhadap
setiap celoteh anak. Perbaikan diri dalam hal-hal kecil yang dilakukan secara
konsisten dan terus-menerus akan menjadikan kebiasaan, kemudian menjadi
perilaku, sikap dan akhirnya menjadi karakter.
Itu
lah beberapa langkah yang menurut saya perlu mulai disadari dan dilakukan oleh
setiap pendidik. Kita tidak mungkin bisa membentuk karakter yang berbudi luhur
pada anak apabila kita sendiri belum mampu mengubah dan memperbaiki diri menjadi
pribadi yang berbudi luhur. Sebab, pada dasarnya, mendidik anak adalah juga
sebuah proses mendidik diri kita sendiri. Apabila nilai-nilai budi pekerti yang
diberikan kepada anak sudah tertanam dan melekat pada seorang pendidik, maka
pendidik juga akan lebih mudah dalam melakukan proses pendidikan dan pengasuhan
terhadap peserta didik. Dengan demikian, pendidik yang sudah memiliki karakter
yang kuat akan lebih mudah dalam membangunan karakter pada anak usia dini.
Sebagai
seorang pendidik, hal ini menjadi salah satu tugas besar saya untuk terus
berbenah dan memperbaiki diri baik sebagai pribadi maupun sebagai profesional.
Mendidik anak usia dini bukan sebuah hal yang ringan, tetapi bahkan sebuah
tanggungjawab besar yang perlu disyukuri dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Itulah
yang kemudian menjadi salah satu komitmen saya sebagai pendidik untuk terus
belajar, mengupdate dan mengupgrade diri secara terus-menerus untuk
mewujudkan cita-cita program pendidikan anak usia dini Indonesia yang lebih
maju dan lebih baik.
Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye
**tulisan ini dibuat untuk mengikuti seleksi lomba pamong PAUD kec.Ngaglik tahun 2018
0 Komentar
Give ur coment