(artwork: made by customer's request)




Sebagai perempuan dengan berbagai aktivitas pekerjaan yang padat di setiap hari, sadar atau tidak kita menjadi sangat rentan mengalami sensitivitas emosi apabila tidak dikelola dengan baik. Mungkin kamu pernah mengalami? Tak jarang saya pun pernah, mengalami emosi yang tidak stabil manakala setelah menghabiskan banyak energi (waktu, tenaga, pikiran, rasa) untuk pekerjaan atau aktivitas apapun. Efeknya? entah menjadi susah fokus ketika ngobrol dengan orang yang ujung-ujungnya sering miss-communication dan bertengkar, pandangan mata kabur tiba-tiba, mata mengantuk ingin tidur, badan pegal-pegal tidak karuan, dan seterusnya. Dalam kondisi yang demikian, untuk berpikir secara jernih pun susah, dan jika tidak berhati-hati malah hanya akan melelahkan karena menambah pembuangan energi diri sendiri dan juga merugikan bahkan membayakan baik diri sendiri maupun orang lain. Jika sudah ada tanda-tanda demikian, maka artinya sudah waktunya kita istirahat untuk kembali mengecharge energi. Mengecharge pun bisa bermacam-macam, sesuai dengan selera dan kebutuhan. Kalau saya biasanya dengan makan, mendengarkan musik, mager di kamar, atau tidur.

Selain dengan cara demikian, di sini lah saya mau mengajak kamu untuk memanfaatkan aktivitas seni sebagai terapi diri sendiri. Aktivitas seni yang saya maksud adalah luas.. bisa bermain musik, menulis, menari, menyanyi, menggambar, melukis, atau aktivitas apapun yang bernilai positif dan produktif menghasilkan karya. Salah satu pengalaman saya yang sudah pernah saya coba adalah bermain musik, menulis, menggambar, dan menjahit. Tetapi yang mau saya bagi dalam tulisan ini adalah tentang menggambar. Pada postingan tulisan saya sebelumnya, saya sudah pernah menyampaikan bahwa sebenarnya menggambar bukan kegemaran yang utama saya, melainkan sebuah ketrampilan yang akhirnya harus saya pelajari dan latih sebagai pendukung bisnis handmade art & craft yang sedang saya jalankan. Jadi yaa semacam tuntutan awalnya... tapi, proses demi proses akhirnya aktivitas seni ini bisa saya nikmati sebagai hobi dan media berkarya, tanpa menjadi sebuah beban pekerjaan. Hal ini pula yang kemudian sejak tahun 2014 saya mulai suka menyimpan coretan-coretan gambar saya. Awalnya iseng saja membeli sketchbook, tetapi ternyata semakin ke sini semakin membuat saya senang mengumpulkan coretan-coretan gambar saya dengan terus-menerus.
 
Bagi saya, berkarya (baik menggambar atau aktivitas produktif apapun) dengan menunggu mood baik dulu itu kadang bisa menjadi boomerang, karena produktivitas diri seperti menjadi terbatas. Begitu juga waktu, pelan-pelan tanpa sadar berlalu dan terbuang tanpa mewujudkan apa-apa. Sesekali atau kapanpun ketika menyadari sedang bad mood atau bad energy atau mungkin kami sedang mengalami sakit nyeri haid, perlu lah kita mencoba untuk (awalnya sedikit dipaksa) mengajak untuk melatih menyalurkan emosi tersebut ke dalam proses aktivitas seni. Memang berat awalnya.. karena bagaimanapun, melawan kemalasan, nafsu dan ego diri sendiri itu ujian yang paling berat. Tapi yakin pelan-pelan akan terbiasa, dan energi negatif itu jatuh mengalir hilang dengan sendirinya. Saya sendiri pernah mencoba cara itu saat sedang sakit nyeri haid yang sangat. Jika biasanya, ketika sedang sakit nyeri haid saya bisa sampai tidak bisa jalan ke mana-mana dan hanya ingin tiduran di kamar. Kemudian beberapa kali saya coba paksakan untuk melakukan aktivitas seni salah satunya menggambar. Menjadi memaksa karena sudah dikejar deadline orderan yang mau tak mau ya harus segera diselesaikan. Menggambar dengan tanpa berpikir apa-apa selain semoga orderan segera selesai.  Dan benar... tanpa memikirkan sakit nyeri haid, tuntutan deadline tau-tau selesai tercicil aja, meski pandangan mata cukup kabur buat nggambar dan sampai belepotan. Tapi setelah sadar dan lihat, kemudian saya mikir: saat sakit aja ternyata saya tetap bisa produktif ya..apalagi kalau sehat, semestinya bisa lebih dan lebih produktif lagi. "Dorrr!".

Itulah yang kemudian akhirnya menyadarkan diri saya sendiri bahwa dalam kondisi apapun (bahkan saat  kepepet) sebenarnya kita bisa berbuat dengan maksimal, tinggal mau atau tidak, malas atau bangkit, menyerah atau berjuang. Selain memberi kesadaran tentang itu, pengalaman di atas juga memberikan pemahaman bahwa sebenarnya setiap emosi negatif yang kita miliki dan rasakan bisa kita manfaatkan untuk bekal dalam berkarya, menjadi terapi diri. Daripada dibuang untuk hal lain yang akhirnya hanya merugikan diri sendiri dan oranglain, alangkah lebih baik kita manfaatkan untuk berkarya apapun. Selain mendapatkan bonus karya, emosi dan energi negatif itu juga bisa mengalir dan hilang dengan sendirinya. Iya kan? Hmm, barangkali bukan hilang ya, tetapi bisa terkelola(?) dengan baik.

Jadi... sudah yakin mau mencobanya? semoga sukses ya!


Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye

0 Komentar