“… Sibuk menghamba pada pekerjaan, tak kusangka tahun 2015 mau habis juga. Seakan (sengaja) lupa, atau malah karena tak sempat menyadari waktu yang kini sudah menua.” (Dwi Ajeng Vye, 2015)

Menjelang pergantian tahun bagi saya adalah sebuah moment baik untuk melihat, mendengar, dan merasakan diri sendiri. Melihat apa yang sudah dan belum kita capai, mendengar keinginan atau mimpi diri, dan merasakan bagaimana diri saya berada pada “posisi” saat ini. Pergantian tahun juga menjadi moment di mana saya bisa kembali mereview, apa yang sempat diingat dan apa yang sempat dilupakan. Apa yang sempat didapatkan dan apa yang sempat dihilangkan. Begitu seterusnya, pergantian tahun menjadi sebuah “hening”.

Beberapa jam yang lalu saya sempat membaca tulisan mas Adjie Silarus “Selalu ada kesempatan untuk mulai lagi dari awal mula, meski  keadaan seolah begitu berat rasanya..” dan Apa yang pernah kamu harus mulai lagi dari awal mula?”. Saya pun terdiam, meresapi, dan mengingat apa yang akan menjadi jawaban saya atas pertanyaan itu. Beberapa menit kemudian muncullah satu kata yang saya yakin itulah jawaban saya: “harapan”.

Ya, saya memilih “harapan”. Meski bukan satu-satunya, tetapi itu menjadi bagian dari salah satunya. Harapan –bagi saya– di dalamnya ada banyak hal dan energi. Di sana ada kesempatan, doa, peluang, semangat, hidup, dan seterusnya.

Tahun 2015 ini telah memberikan saya banyak moment dan pengalaman. Banyak harapan yang didapat dan juga ada harapan yang dihilangkan atau sebutan lainnya “disimpan”. Masih dari membaca dan mengutip tulisan mas Adjie Silarus: Santai saja ... Bagaimanapun juga, tidak ada yang bisa dikendalikan sepenuhnya.” . Memang benar bahwa tak semua bisa kita kendalikan sepenuhnya. Berjuang keras sekali pun, pada akhirnya kita juga akan tetap harus memilih bagian yang benar-benar butuh dan mampu kita kendalikan.

Mengaitkan kata “harapan” dan “kendali”, bagi saya seakan keduanya meminta saya untuk memilih. Apa yang saya pilih, di sanalah saya akan menaruh harapan dan berjuang untuk mengendalikannya dengan semampu saya. Dan, dalam memilih pun pastinya akan selalu ada yang harus dikorbankan dan ada yang harus diperjuangkan. Masing-masing memiliki efek yang muncul untuk lalu dihadapi dan dilanjutkan.

Begitu juga di pergantian tahun ini, saya juga telah memilih. Memilih untuk menanggalkan harapan yang sudah ada, dan menggenggam kembali harapan baru. Baru, bukan karena belum pernah ada, melainkan karena bersama semangat yang baru.

Tahun bisa saja berganti dan berakhir, tetapi harapan akan terus ada dan berlanjut. Saya yakin bahwa harapan akan membawa kita pada “hidup”.  Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dan muncul di depan, tetapi dengan “harapan” dia akan membawa kita pada yang “mungkin”. At the last, selamat jalan tahun 2015 dan selamat datang 2016. Good luck for the next years and wish God always bless us. Amin.


Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye

0 Komentar