Memiliki harapan (menurut saya) itu seperti menyalakan lilin dalam kegelapan. Harapan itu semacam energi yang menghangatkan diri untuk mengajak bersemangat. Harapan menjadi sebuah alasan kita untuk terus hidup dan melanjutkannya. Harapan dan mimpi, mungkin bisa jadi sama ya. Sama-sama menjadi penyemangat diri.
Memiliki harapan itu baik, tetapi terkadang harapan yang terlalu tinggi itu juga tidak baik. Tidak baik saat mental kita belum matang dan belum kokoh. Karena saat harapan yang terlalu tinggi itu hancur, bukan saja harapan yang lenyap tetapi juga mental kita yang akan pipih.
Saya menyadari bahwa segala yang "terlalu" atau berlebihan itu tidak baik. Tetapi apalah, saya atau kamu mungkin juga pernah mengalami kondisi sulit untuk menahan sebuah harapan yang sudah kuat. Semakin kuat rasa harapan itu semakin besar pula harapan itu untuk menjadi terwujud menjadi nyata. Masalahnya, harapan yang saya pegang itu sudah terlalu kuat, dan saat detik-detik kegagalan atas perwujudan harapan itu muncul, muncul pula rasa kecewa yang amat, dan itu sudah pasti menyakitkan bukan?
Ada banyak orang yang sering menceletuk "Ah, kamu sukanya PHP melulu". Setelah saya pahami, bahwa tak selamanya orang yang PHP adalah tempatnya kesalahan. Tidak. Bisa jadi bukan karena orang lain yang PHP, melainkan kita sendiri lah yang terlalu berharap dan mengharapkan. Itu sih pikiran rasionalnya.. tapi memang susah juga saya sebagai perempuan untuk bisa berpikir rasional semacam itu, apalagi kalau sedang dalam kondisi rasa sensitif yang berlebih.
Saat rasa harapan yang terlalu tinggi dan gagal itu sedang mengungkung diri kita, saya rasa memang kita perlu "open mind" secara rasional, sehingga bisa melihat, membaca, dan memahami segalanya dengan lebih jernih dan tidak baper (:kebawa perasaan). Hmm, sepertinya saya sebagai perempuan memang perlu banyak belajar dari rasionalnya lelaki. Atau saya perlu terus berlatih untuk mengisi TTS agar pikiran rasional saya kian terlatih?? mungkin bisa jadi dua-duanya. 


Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye


0 Komentar