Mengagumi benda, orang, tempat, atau yang lainnya pasti membuat kita ingin selalu memuji keindahannya, kan? Rasa ingin memuji, seakan sempurna melekat erat pada yang kita kagumi. Sepertinya saya terlalu berlebihan jika harus memberikan pujian pada yang "lebih" meski kata "berlebihan" itu sebenarnya malah membuat saya harus memunafikkan diri saya sendiri karena menyembunyikan pengakuan bahwa saya memuji. Berlebihan, karena saya khawatir Tuhan cemburu pada yang saya puji. Masa iya? Atau justru kekhawatiran saya itu lah yang memang berlebihan sehingga memuji juga menjadi sesuatu yang berlebihan untuk saya lakukan? Ah, kalimat saya ini kok terlalu mbulet untuk mengungkapkan sesuatu. Tapi dipikir-pikir justru ke-mbulet-an nya itu yang memang disengaja ada agar pembaca tulisan saya ini juga ikut berpikir untuk memahami dan mencerna tentang pertanyaan saya. Yakinlah bahwa ke-mbulet-an ini berasal dari Tuhan. Ah, dari tadi saya menyebut kata "Tuhan" terus, memangnya Tuhan itu siapa sih? Kata Pak Ebit G.Ade: "tanyalah pada rumput yang bergoyang".

Yogyakarta,
Dwi Ajeng Vye

0 Komentar