Memasak mungkin menjadi salah satu aktivitas yang disenangi oleh banyak orang baik laki-laki maupun perempuan. Dalam adat Jawa, (setahu saya) memasak merupakan tugas bagi seorang perempuan yang berperan sebagai istri atau calon istri. Hal itu dapat diperhatikan pada istilah atau saya menyebutnya slogan untuk tugas perempuan Jawa yaitu masak, macak, manak. Hoamm, tetapi jaman modern sekarang ini, saya melihatnya menjadi jauh berbeda dengan prinsip tersebut. Saya pikir secara logika, tidak hanya perempuan saja yang harus bisa memasak, tetapi laki-laki juga perlu belajar, sehingga keduanya bisa saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan bersama.
Kembali ke topik memasak. Saya mulai belajar memasak adalah saat saya masih SD. Saat masih kecil dulu, saya sering menyaksikan keluarga saya yang sedang memasak di dapur. Mungkin karena saat itu saya masih kecil, saya selalu diberi bagian atau tugas untuk mengupasi bumbu-bumbu masak, misal: cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit, jaher, kencur, dan sebagainya. Sayangnya, dulu saya sangat jarang menanyakan tentang nama masakan yang akan dimasak oleh keluarga saya. Seringnya hanya bertanya “mau memasak apa?” dan jawabannya pun sebatas nama sayurannya misal: “pepaya, terong, tahum, tempe, dan lain-lain”, bukan nama masakan misal: rendang atau lainnya. Hal itu lah yang mungkin juga menjadikan saya sekarang lebih senang memasak secara otodidak dan bebas bereksperimen, tetapi kurang menguasai nama-nama masakan.
Jika diminta memasak, saya melihat wujud sayurannya lalu akan memasaknya dengan wujud dan cara yang bagaimana. Lalu saya memasak tanpa menggunakan pakem memasak, tetapi bebas semau saya dengan mengandalkan kreativitas dan keberanian untuk bereksperimen serta improvisasi. Suatu hari saya pernah membeli buku resep masakan dengan harapan saya bisa belajar memasak. Entah di dalam buku, majalah atau televisi, saya lebih suka membaca resep masakan yang dengan kebutuhan bahan dan bumbunya mudah saya cari dan jangkau. Menjadi kurang tertarik jika bahan atau bumbunya terlalu ribet atau yang di sekitar saya jarang saya temui. Namun, setelah beberapa kali memperhatikan kesibukan saya membaca resep masakan, saya menemukan pemikiran baru bahwa resep masakan itu sebenarnya membuat saya bodoh. Mengapa? Saya memang mendapat pengetahuan tentang nama masakan, bahan dan bumbunya beserta cara memasaknya, tetapi secara kecerdasan, otak saya menjadi terkungkung dan tidak bebas karena saya merasa otak saya menjadi terbatasi oleh konsep sebuah resep masakan.
Jika diminta memilih, saya lebih memilih untuk cara memasak ala saya sendiri yang dengan ekperimen bebas, sehingga otak saya bisa berkembang dan liar tentang memasak, dan bisa mencoba ramuan baru :D Itulah mengapa saya menyebut resep masakan membodohkan saya. Namun, bukan berarti lalu saya fanatik terhadap resep masakan. Saya masih mau membaca ataupun bersharing dengan teman-teman saya tentang resep masakan yang belum saya ketahui, dan menjadikan hasil sharingnya sebagai pengetahuan dan atau barangkali suatu hari saya bisa mencoba resep masakan tersebut, saya masih mau mencobanya.:)



Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-

0 Komentar