Mengapa Bisa Seniman?
Berawal dari
sebuah penamaan atau penyebutan, sempat mengalami perdebatan batin ketika diri
dinamai; diberi nama; disebut sebagai seniman. Dalam bayangan dan pemikiran saya,
seniman adalah seorang yang sudah mumpuni
atau ahli di bidang keseniannya. Seperti kata sahabat saya dari Bali, bahwa
dulu di Bali penyebutan seniman itu diberikan
kepada orang yang multitalent, bisa segala jenis kesenian; baik seni suara,
gerak, dan rupa. Kalau mengaca pada diri sendiri, sepertinya belum pas jika disandangkan
dengan istilah seniman. Dan, sejak itulah perdebatan batin dimulai, dan
pertukaran pendapat antar-personal dilakukan, perbincangan demi perbincangan,
hingga membuahkan hasil berupa jalan pikir atau pendapat lain.
Seniman, kata
seorang sahabat saya adalah manusia yang berseni; berlaku dengan seni, berpikir
dengan seni, dan merasakan dengan seni. Seni yang dimaksud adalah seni yang
merupakan bidang keseniannya masing-masing. Seni dalam artian ini adalah cara.
Semua orang punya seni atau cara masing-masing dalam berpikir, berlaku, dan
merasakan.. Bahkan semua makhluk; binatang, tanaman, dan benda hidup pun
memiliki seni. Hmm… baiklah, dari sini yang dapat saya simpulkan adalah:
sepertinya kami (saya dan pemberi nama) memang perlu menyamakan persepsi,
sehingga istilah seniman itu menjadi sesuatu yang bisa diterima dengan kepercayaan
diri, serta semua manusia adalah seniman. Tapi, mengapa kata atau istilah
seniman itu sendiri bisa menjadi istilah yang eksklusive dan sehingga hanya orang tertentu saja yang disebut
sebagai seniman?
Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-
0 Komentar
Give ur coment