(Teman kelompok-ke kanan: Ndamis,Icha,Totok,Joan,Vandy,Baweb,Zul)

Setelah diberi ilmu dan pengetahuan oleh pak Hedi Hariyanto, seorang seniman patung, tentang kumpulan karyanya, pada pelatihan visual di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja kemarin pagi, saya bersama teman-teman seniman lain mencoba membuat karya instalasi. Dari 25 orang seniman, kami dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok saya ada kak: Ndimas, Baweb, Totok, Zul, Joan, Vandy, dan Icha. Dari berbagai latar belakang seni yang berbeda, kami diminta untuk membuat karya instalasi dengan tema kertas, dengan bermodalkan benda-benda yang sudah dipersiapkan untuk kami: kertas HVS, boardmarker berwarna hitam-merah-hijau-biru, bulpoin dan doubletip. Pada awal pembuatan karya, kami berdelapan tidak janjian atau membuat kesepakatan mau membuat karya apa. Namun, kami mengambil satu lembar kertas HVS putih untuk dibuat bentuk bebas.
Teman-teman saya yang sudah membuat beberapa bentuk: semacam kapal, pesawat, ombak, dedaunan, "merangsang" saya. Saya coba merespon karya mereka dengan membuat semacam orang-orangan. Setelah semua karya masing-masing selesai, kami berdelapan bersama-sama berkolaborasi untuk menyusun karya bersama tersebut menjadi sebuah cerita. Karena pagi itu kami aktivitas kami berada di ruang gamelan, salah satu teman saya pun merespon untuk menggunakan instrumen gong kecil untuk digunakan sebagai alas karya instalasi. Setelah bersama-sama menyusunnya, maka jadilah karya instalasi seperti ini…


(Karya instalasi bersama: "Think", 2014)



Semua memiliki makna, pun karya instalasi bersama di atas. Pemberian makna dari masing-masing personal juga berbeda. Kalau saya memperhatikan karya instalasi di atas, saya seperti melihat keseimbangan. Ada laut, ada daratan. Dengan ditambah ada seorang manusia yang sedang naik perahu, itu saya maknai bahwa manusia tersebut sedang berputar dari laut menuju ke daratan. Sebuah keseimbangan dan roda. Seperti halnya dalam kehidupan ada dunia fisik dan non fisik, ada yang bisa dilihat ada yang tidak, ada alam nyata dan alam lain. Keseimbangan. Kita; manusia, tidak hanya hidup dalam dunia fisik seperti sekarang, tetapi akan ada masanya kita juga akan beralih ke “dunia lain”. Keseimbangan.
            Kalau salah satu teman saya memaknainya karya di atas sebagai peralihan dari masa kini ke masa depan. Itulah sebabnya dalam perahu itu oleh kak Ndamis ditulis “How” dan “Future”, yang kalau saya tangkap seperti sebuah “pencarian”. Masih ada enam pemaknaan lain yang beragam, tetapi saya rasa semua makna adalah benar karena cari berpikir dan memandang kami dari sisi yang saling berbeda dan orang bebas memaknai sebuah karya sesuai penangkapannya serta kemampuannya. Dan setelah dikomunikasikan bersama, karya di atas kami beri judul “Think”. Selamat menikmati. :D


Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-

0 Komentar