Membaca; mengeja huruf hingga akhirnya terbaca (?). Membaca; menjadikan terbaca, melakukan tindakan baca. Ah, lebih lengkapnya coba baca di kamus bahasa indonesia ya. Kalau biasanya kita membaca tulisan, maka sebuah kata "membaca" menjadi sempit. Memahami dan menafsir maksud kata-kata dalam bacaan yang tertulis. Padahal membaca tak sesempit itu. Misalnya: ketika kita melihat nasi goreng. Apa yang ada di benakmu ketika melihat sepiring nasi goreng? Bisa terbesit pikiran tentang bumbunya, cara membuatnya hingga bisa menjadi lezat, dan lainnya. Aktivitas itulah yang juga termasuk bagian dari membaca. Ya, "membaca". Membaca yang tak terlihat, menafsirkan yang tak terjelaskan dalam wujud kata atau tulisan.
Selain memahami dan menarsirkan sebuah bacaan, kita tak bisa hanya terus menggunakan cara berfikir kita, cara pandang kita, dan ukuran kita. Membaca perlu memperhatikan posisi. Kita membaca sebagai pembaca dan juga yang dibaca. Membaca sebagai pembaca perlu mengatur kadar tafsiran atau pemahaman agar sebuah tafsiran atau pemahaman tak melulu sebagai produk ego. Membaca sebagai yang dibaca, perlu memasang "cermin" di berbagai sisi. Saat kita di depan dan melihat yang kita baca, kuta bisa tahu posisi atau sikon di belakangnya melalui "cermin" tadi. Ya, istilahnya adalah empati. Memposisikan diri seolah seperti orang lain yang kita baca.
-Terinsiprasi dari kuliah “membaca” di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja-


Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-


0 Komentar