Bersepeda ke mana-mana, khususnya di wilayah Jogja memberikan warna tersendiri untuk saya. Ketika -saya rasa- diri saya masih berdaya, selama itu pula kaki saya ingin terus mengayuh. Karena bagi saya, menggantungkan atau terlalu mengharapkan sebuah kendaraan bermotor itu tak selamanya enak. Selain tidak pasti, sepeda motor juga bisa membuat saya kecanduan. Sebab, -misal- beberapa hari saya bepergian menggunakan sepeda motor, maka meskipun sedikit pasti tetap ada rasa malas yang muncul. Badan saya menjadi manja dan menjadi malas bepergian menggunakan sepeda. Jadi, dalam hal berkendara saya lebih menyukai hal yang pasti dan lebih memilih memakai sepeda (dalam jarak tempuh yang masih wajar lho ya).
Dengan naik sepeda, saya bisa berangkat ke suatu tempat dengan ontime bahkan intime, semau saya. Kalau berboncengan a.k.a nebeng orang itu -bagi saya- ya harus mau berkompromi dengan orang yang ditebengi. Bukan berarti tidak mau berkompromi, tetapi selama raga masih berdaya, ya ga dilarang untuk berusaha dengan tenaganya sendiri kan. Pilihan. Apalagi misal orang tersebut berbeda karakter dengan kita, misal: suka telat, tidak ontime dan terlalu santai, pasti setidaknya kita juga ikut tidak ontime karena kita yang butuh tebengan, jadi ya setidaknya ada rasa manut dengan yang ditebengi, tidak boleh seenaknya memaksa orang lho ;) Mungkin terkadang saya yang terlalu keras kepala misal karena jarak yang saya tempuh cukup jauh (bagi orang lain), yang padahal saya bisa nebeng orang lain daripada harus bersepeda capek, tetapi saya lebih memilih bersepeda. Capek sih memang, tetapi di sisi lain sebenarnya saat itulah saya sedang diuji. Seberapa saya mau untuk terus bergerak meski harus capek dengan bersepeda?
Meskipun bersepeda membuat badan saya capek, tetapi bersepeda juga memberi efek positif untuk saya. Tiap hari bersepeda membuat badan saya terus memproduksi keringat. Semakin saya mengeluarkan keringat, saya semakin merasa enteng dan segar. Terkadang saya lebih memilih “masa bodoh” ketika saya harus ber-rupa kucel ketika sedang perjalanan menuju ke suatu tempat dan bersepeda, dimana selama di jejalanan saya berpapasan atau bertemu banyak orang. Memang harus buang rasa malu sih, tetapi bagi saya its okey. Kalau sudah seperti itu, fokusnya hanya satu: “saya bisa sampai ke tempat tujuan saya”, lagian ada saatnya -nanti- saya pasti akan membereskan kekucelan saya. :D
Kembali ke topik tentang keringat.  Keringat, mungkin banyak orang yang bersepeda khususnya perempuan yang khawatir akan munculnya bau badan yang tidak sedap. Namun, menurut saya itu bisa diatasi kok. Bagi pesepeda yang peduli dengan bau keringat –termasuk saya–, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau mencegah bau badan yang tidak sedap dan menjadikannya lebih harum. Beberapa cara yang sudah pernah saya coba lakukan antara lain:  rajin mandi dan mandi dengan bersih, mencuci pakaian dengan bersih, minum air putih yang banyak, minum jamu (biasanya jamu kunir asam, kunir sirih), rajin makan sayur atau juga bisa makan daun kemangi ketika makan dengan menu lalapan, pakai parfum sesudah mandi, dan cara-cara positif lainnya yang bisa kamu lakukan.
Hal positif lain dalam bersepeda, bagi saya bersepeda itu (semoga) memperpanjang umur. Kenapa? karena dengan bersepeda maka keringat kita keluar. Dari hasil saya sekolah dulu, katanya keringat itu salah satu sarana untuk mengeluarkan racun dan kotoran di dalam tubuh. Selain itu, dengan bersepeda maka kaki dan badan kita selalu aktif bergerak. Itu sih juga bisa dikatakan sebagai olah raga, dan setahu saya olah raga juga menyehatkan badan, asal juga dilakukan dengan rutin. Dan ya.. semakin saya rajin bersepeda, saya merasa semakin fresh karena badan saya terus bergerak. Itu yang saya namakan bersepeda (semoga) memperpanjang umur karena badan kita -khususnya saya- terus sehat karena terus bergerak.
Berbicara tentang umur, kata (red: seseorang), umur manusia itu tidak hanya tergantung pada takdir Tuhan. Kita sebagai manusia juga bisa menjadi penentu untuk memperpanjang umur kita, yang salah satunya dengan cara menjaga dan merawat jiwa dan raga kita. Saya tidak tahu mana yang benar, tetapi saya rasa pendapat seseorang itu ada tepatnya. Berbagi pengalaman, ketika saya sedang asik mengayuh sepeda, tiba-tiba ada pengendara motor (tak hanya satu) yang menyelonong mendahului saya dengan cara berkendara yang -bagi saya- membahayakan. Bahaya karena menurut saya cara berkendaranya bisa menyakiti dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya, misal: kecelakaan. Dengan sangat harus sabar, sebagai pengendara sepeda saya pun memilih mengalah, menyingkir, dan memberi ruang jalan untuk para pengendara tersebut. Saya rasa mengalah tak berarti selalu kalah. Dalam hal ini saya mengalah untuk mendapatkan keamanan bagi diri saya sendiri. Ya seperti yang saya katakan di atas tadi: karena bersepeda (semoga) memperpanjang umur.



Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-



0 Komentar