Sepertinya ini perjalanan setelah sekian lama saya tak menapakkan kaki di kampung halaman. Menyusuri jalan bersama kereta api dengan disuguhi kabut di kala pagi, hijau dedaunan dan pepohonan sawah yang menyegarkan mata dan rasa. Termenung menikmatinya, hingga rasa-rasa lama kian muncul. "Oh ternyata aku udah lama tak menjumpai dan menikmati pemandangan seperti ini. 6 bulan menahan rindu. Rindu kampung halaman", sambil saya terus menikmati dan menikmati kesempatan perjumpaan dengan alam.
Di sawah-sawah saya menjumpai para petani yang sedang menanam padi, mencari rumput, juga yang sedang berjalan menuju aktivitasnya di sawah. Rasanya ingin kembali lagi bermain ke sawah, mengulang beraktivitas ala petani sungguhan. Masih ingat dulu ketika masih SMP, saya bersama nenek menanam padidi sawah. Hmm.. kamu yang belum pernah merasakan dan menghadapinya secara langsung menjadi petani pasti penasaran. Tanah sawah yang becek seperti lautan lumpur lalu ditanami padi. Bahkan saya tak bisa membayangkan bagaimana reaksi para perempuan kota jika dihadapkan dengan kondisi demikian. Namun, justru saya merasa senang menghadapinya dan menikmati detik-detik menjadi petani. Tak ada rasa takut (karena dulu saya memakai "caping" untuk mengurangi panas), tangan dan kaki kasar (sepertinya setelah itu telapak tangan dan kaki saya bisa kembali normal.hehe), malu (justru mental ini yang perlu dilatih karena memang lingkungan di kampung hampir dominan adalah petani), dan sebagainya.
Kalau mungkin dari banyak anak perempuan saat kecil banyak dimanjakan, di keluarga saya justru sebaliknya. Semua sama. Anak perempuan tak hanya main boneka atau mainan yang benar-benar khusus untuk perempuan. Bahkan saya masih ingat ketika dulu saya menjelajah sawah bersama kakak dan saudara saya. Menyusuri sawah demi sawah, bermain ke bawah jembatan yang ada sungainya, mencari cumi-cumi. Juga pernah sempat mencuri jeruk di kebun milik orang.Haha, sungguh nakal sekali.
Juga sempat merasakan mandi di sungai bersama kawan-kawan bermain saya, menerbangkan layang-layang, bersepeda, dan sebagainya. Hingga pernah sempat pulang ke rumah ketika waktu sudah maghrib hingga saya dimarahi oleh nenek. Mengingatnya ternyata saya keras kepala sekali saat itu. :)
Menjadi anak perempuan yang tak diperbolehkan manja itu cukup membuat saya "on fighting". Bagaimana menyelesaikan dan membersihkan barang milik sendiri meski pada akhirnya belum sebersih bapak/ibu atau saudara, contoh: mencuci baju. Juga menjadi kesempatan saya untuk mencoba hal-hal baru. Dasar anak yang suka penasaran, pernah suatu hari ketika televisi di rumah saya baru dibeli. Saat itu saya sedang di rumah sendiri, lalu mulailah saya mencoba dan memencet remote televisi. Channel yang sebelumnya lengkap dan bisa terlihat jelas, semuanya hilang karena ulang saya. Saking takutnya, lalu saya memanggil tetangga saya untuk datang ke rumah danembantu memperbaiki televisi saya. Dan akhirnya televisi kembali normal. :D
Sangat nakal, tetapi di sisi lain saya juga merasa puas karena saya menjadi tahu cara bagaimana mengoperasikan televisi. Pernah juga saya penasaran bagaimana jadinya jika dua kabel listrik yang dalam keadaan terbuka lalu dimasukkan ke colokan. Tanpa memendam lama rasa penasaran, saya pu mencobanya. Dan... MELEDAK! listrik rumah saya pun langsung off, konslet. :D
Dan kenakalan-kenalan lain di masa kecil saya yang hingga kini tak bisa terlupakan. Semuanya memiliki nilai positif yang bisa diambil yaitu tak perlu takut mencoba hal baru, meski kita perempuan. Juga, tak selamanya baik memendam rasa penasaran terlalu lama. Perlu segera dieksekusi, tapi perlu dan wajib juga siap dengan segala resikonya ya. :D
Kamu yang punya pengalaman seru di masa kecil, boleh banget berbagi di sini. :)

Kediri,
-Dwi Ajeng Vye-

0 Komentar