(Photo: edited by Dwi Ajeng Vye)

“Sekurang-fit apapun, sebuah moment pertemuan dan kebersamaan dengan anak-anak mampu menghidupkan semangat dan keceriaan…” –dwiajengvye, 2014–

Tulisan ini terinspirasi setelah saya menjalani sebuah moment kebersamaan bersama anak-anak di tempat saya "belajar berbagi", pagi tadi. “belajar berbagi” bersama anak-anak memberikan warna-warni dalam setiap kebersamaan saya dan mereka. Meski raga sedang dalam keadaan kurang fit, tetapi energi anak-anak selalu menyetrum diri saya hingga akhirnya kembali powerful. Bagaimana tak kesetrum jika setiap bertemu dengan anak-anak, mereka selalu berwajah ceria, teriak-teriak, tertawa, dan bahkan melakukan hal konyol yang cukup membuat saya tergelitik untuk akhirnya tertawa melihat tingkahnya.
Suatu hari, sebuah moment pernah terjadi ketika saya sedang “belajar berbagi” di salah satu TK yang ada di Jogja, berdua dengan teman partner saya –Ratno–. Saat itu Ratno sedang menjelaskan pengetahuan tentang drama kepada semua siswa. Tiba-tiba salah satu siswa –Kila– mendekati Ratno dengan membawa setrika mainan, lalu menggosok-gosokkan setrika mainannya tadi ke punggung belakang Ratno dan dengan sangat asiknya sambil berkata “setrika…setrika…setrika…”. Seketika saya langsung melebarkan bibir saya untuk tertawa, karena bagi saya tingkah Kila tadi cukup konyol. Namun, di sisi lain, ya memang seperti itu lah anak. Imajinasinya liar. Bahkan ketika saya tertawa pun, Kila terus melakukan hal yang sama, juga bergantian melakukan hal yang sama kepada saya. Mungkin bagi dia, tingkahnya itu biasa saja sehingga ia terus menikmati aktivitasnya.
Juga pernah saya menemukan anak yang terus ingin diperhatikan. Saat kami sedang “berbagi” pengetahuan tentang dongeng atau bercerita, kami meminta semua siswa untuk mau menceritakan apapun yang ingin diceritakan, satu-persatu. Karena pada dasarnya tidak semua anak berani, maka kami pun harus dengan sabar membujuk si anak agar mau bercerita. Selain ada yang malu-malu, ada juga anak yang justru ingin terus bercerita. Giliran anak lain yang diminta cerita, si anak yang ingin diperhatikan tadi malah terus mengacungkan jari tangan sebagai tanda ia ingin bercerita lagi sambil teriak “aku..aku masih punya tiga cerita lagi.. aku mau cerita lagi..”. Hmm, benar-benar kami harus sabar me-ngemong­ semuanya. :D
Belum lagi jika suasana kelas sedang sangat rame dengan anak-anak yang sibuk dengan mainannya atau bermain sendiri. Kami pun harus pintar mencuri dan mengalihkan perhatian mereka. Terkadang sempat  muncul rasa menyerah jika kondisi sudah seperti itu, tapi lagi-lagi kami memang harus sabar. Ya, seperti inilah dunia anak –Jadi ingat betapa mungkin dulu saya dan teman-teman ketika masih TK juga bandel yang membuat para guru saya pusing.Haha–. Dan melihat moment-moment atas tingkah anak-anak yang rame tadi, saya jadi membuat kesimpulan bahwa anak-anak itu rawan kehilangan fokus.
Terima kasih kepada “sesosok” yang sudah membawa saya ke TK ini dan mengenalkan saya dengan tempat beserta penghuninya, sehingga saya bisa menikmati dunia anak lagi yang menjadi ruang bagi saya untuk “belajar berbagi” dengan anak-anak. Pada intinya anak-anak memberi warna-warni untuk hari-hari saya. Tidak hanya di TK ini, tetapi juga di mana-mana, moment pertemuan dan kebersamaan saya dengan anak-anak mampu menghidupkan mood, meski dulu saya juga sempat mengalami patah hati dan di saat yang sama saya harus mengajar anak-anak di sebuah SD dalam kegiatan saya dan kawan-kawan kampus. Itu sangat menjadi tantangan untuk saya, bagaimana saya harus bisa fokus ke anak-anak tanpa terganggu oleh hal atau masalah pribadi saya. Tetapi pada akhirnya kita akan sangat senang dan lega ketika kita berhasil melakukan dan melewatinya dengan gentle, karena pada dasarnya resiko itu tidak untuk dihindari atau dijauhi, tetapi untuk dihadapi dan dijalani.
Setelah mengalami banyak moment bersama anak-anak, saya rasa ada benarnya tentang kata banyak orang (dulu) bahwa guru TK itu awet muda, karena ternyata memang di dalam kelas tiada hari tanpa keceriaan anak-anak yang selalu menyetrum kita untuk menjadi ceria meski sebenarnya juga harus penuh dengan kesabaran, but all of that was meaningful. Thanks a lot kids! :)



Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-

1 Komentar

  1. Foto ini di ambil di TK ABW, menjadi pendamping pengajar drama. Dok.lebih rapi dan tertib sekarng setelah berkegiatan di Komunitas Suling Bambu Nusantara.

    BalasHapus

Give ur coment