Catatan ini terinspirasi dari dialog saya bersama kawan dekat saya via pesan singkat (baca: sms), tahun 2012 yang lalu. Dialog yang sudah cukup lama, tetapi pada hari-hari ini ingatan dialog itu muncul kembali, sehingga mucullah catatan ini. Saat itu kami berdialog dan sharing tentang mimpi kami masing-masing. Ketika saya menanyakan mimpinya, ia dengan mengalir bercerita tentang passionnya yang ingin terjun dan mengembangkan bisnis di bidang media. Saat itu ia memang sedang mulai merintis usaha yearbook bersama kawan-kawannya. Dengan semangat dan optimisnya ia menceritakan tentang mimpinya tersebut kepada saya. Ya, ia memang seorang kawan dekat yang begitu menginspirasi saya. Menyaksikan semangat dan optimismenya terhadap mimpi-mimpinya secara otomatis saya pun menjadi ikut tersetrum oleh energi positifnya.
Selesai bercerita, ia berganti melontarkan tanya kepada saya tentang mimpi saya. Saya pun tak langsung menjawab pertanyaannya. Saya katakan padanya bahwa saya memiliki mimpi, tapi saya tidak mau menceritakan ke semua orang termasuk padanya meski ia kawan dekat saya. Ia pun sedikit kecewa dan penasaran mengapa saya berkata demikian. Kemudian saya menjelaskan padanya bahwa saya tidak mau menggembor-gemborkan tentang mimpi saya karena saya tidak mau hanya berkata-kata, tapi langsung berbuat dan mewujudkannya. Bisa jadi ini disebut kejutan. Ya, saya ingin membuat kejutan perwujudan mimpi saya tanpa saya katakan sebelumnya. Lagi pula apa artinya kata-kata tentang keinginan dan mimpi saya jika suatu saat saya tidak bisa mewujudkannya, padahal seluruh dunia sudah mengetahui mimpi saya?.
Setelah menjelaskan dengan kerasnya, saya pun dibuat kaget dan tercengang oleh jawabannya. Apa jawaban kawan dekat saya?? Ia lalu kembali bertanya, “Apa itu bukan semacam ketakutanmu sendiri dalam bermimpi?”. Saya pun termenung, mencerna kata demi kata maksud pertanyaannya itu. Ia melanjutkan pesannya, bahwa apa yang saya katakan tadi (menurutnya) adalah bentuk ketakutan saya dalam mengejar dan mewujudkan mimpi, ketakutan atas kata-kata saya sendiri yang saya katakan kepada orang lain. Padahal, dengan saya bercerita kepadanya atau orang lain tentang mimpi-mimpi saya, bisa jadi mereka (suatu saat) adalah partner yang bisa menjadi jalan untuk saya dalam mewujudkan mimpi, karena bagaimana orang lain tahu jika saya tidak memberitahu. Juga, bukankah kita adalah makhluk sosial yang hidup tak hanya sendiri dan tak bisa tanpa orang lain?. Dengan saya berbagi cerita tentang mimpi saya, itu juga menjadi wujud bagaimana saya bertanggugjawab untuk perwujudan mimpi saya atas kata-kata saya.
Seketika saya menjadi speechless. "Apa salahnya saya tidak mau berbagi cerita?", teriak saya dalam hati. Penjelasan kawan dekat saya (bagi saya) cukup menohok atas pernyataan saya di awal. Rasanya saya seperti “terbanting”. Saya pun diam dan berpikir keras, mencerna penjelasannya yang menohok itu, beberapa menit. Lalu saya kembali menjelaskan bahwa tidak ada maksud apapun terhadap hubungan perkawanan kami atas ketidakmauan saya untuk berbagi cerita padanya. Dengan sambil berjalan mencerna kata-katanya, saya pun akhirnya berbagi cerita tentang salah satu mimpi saya, yang ternyata se-visi dengannya, yaitu menjadi entrepreneur, meski kami berbeda bidang.
Sejak saat itu lah saya mulai mempertimbangkan lagi ke-kekeh-an prinsip saya tentang ketidakmauan berbagi cerita  tetang mimpi saya. Ada benarnya pernyataan kawan dekat saya, bahwa ketidakmauan saya berbagi cerita tentang mimpi adalah bagian dari ketakutan saya sendiri. Saya pun menjadi teringat ketika dulu saya mengisi kegiatan di beberapa SD. Ketika saya bertanya apa mimpi adik-adik SD, dengan semangat dan optimisnya mereka bercerita tentang mimpi beserta alasanya. Ada yang bermimpi menjadi guru, dosen, pemain sepak  bola, dokter, masinis, pilot, polisi,  dan lain-lain. Mencocokkan pernyataan kawan dekat saya dengan pengalaman yang saya hadapi, memang ada benarnya. Berawal dari peristiwa itu, saya mencoba sedikit mengembangkan pola pikir saya, salah satunya dengan praktik mau berbagi cerita tentang mimpi-mimpi saya dalam perjumpaan atau sharing bersama kawan-kawan saya. Well, brave to tell about your dreams!


Yogyakarta,
-dwiajengvye-

2 Komentar

Give ur coment