Brave to Tell about Your Dreams #1
Catatan
ini terinspirasi dari dialog saya bersama kawan dekat saya via pesan singkat
(baca: sms), tahun 2012 yang lalu.
Dialog yang sudah cukup lama, tetapi pada hari-hari ini ingatan dialog itu
muncul kembali, sehingga mucullah catatan ini. Saat itu kami berdialog dan sharing tentang mimpi kami
masing-masing. Ketika saya menanyakan mimpinya, ia dengan mengalir bercerita
tentang passionnya yang ingin terjun dan mengembangkan bisnis di bidang media.
Saat itu ia memang sedang mulai merintis usaha yearbook
bersama kawan-kawannya. Dengan semangat dan optimisnya ia
menceritakan tentang mimpinya tersebut kepada saya. Ya, ia memang
seorang kawan
dekat yang begitu menginspirasi saya. Menyaksikan semangat dan
optimismenya terhadap mimpi-mimpinya secara otomatis saya pun menjadi
ikut
tersetrum oleh energi positifnya.
Selesai
bercerita, ia berganti melontarkan tanya kepada saya tentang mimpi saya. Saya
pun tak langsung menjawab pertanyaannya. Saya katakan padanya bahwa saya memiliki
mimpi, tapi saya tidak mau menceritakan ke semua orang termasuk padanya meski
ia kawan dekat saya. Ia pun sedikit kecewa dan penasaran mengapa saya berkata
demikian. Kemudian saya menjelaskan padanya bahwa saya tidak mau menggembor-gemborkan
tentang mimpi saya
karena saya tidak mau hanya berkata-kata, tapi langsung berbuat dan
mewujudkannya. Bisa jadi ini disebut kejutan. Ya, saya ingin membuat
kejutan perwujudan mimpi saya tanpa saya katakan sebelumnya. Lagi pula
apa artinya kata-kata
tentang keinginan dan mimpi saya jika suatu saat saya tidak bisa
mewujudkannya,
padahal seluruh dunia sudah mengetahui mimpi saya?.
Setelah
menjelaskan dengan kerasnya, saya pun
dibuat kaget dan tercengang oleh jawabannya. Apa jawaban kawan dekat
saya?? Ia lalu kembali bertanya, “Apa itu
bukan semacam ketakutanmu sendiri dalam bermimpi?”. Saya pun termenung,
mencerna kata demi kata maksud pertanyaannya itu. Ia melanjutkan
pesannya,
bahwa apa yang saya katakan tadi (menurutnya) adalah bentuk ketakutan
saya
dalam mengejar dan mewujudkan mimpi, ketakutan atas kata-kata saya
sendiri yang saya katakan kepada orang lain. Padahal, dengan saya
bercerita kepadanya
atau orang lain tentang mimpi-mimpi saya, bisa jadi mereka (suatu saat)
adalah partner yang bisa
menjadi jalan untuk
saya dalam mewujudkan mimpi, karena bagaimana orang lain tahu jika saya
tidak memberitahu. Juga, bukankah kita adalah makhluk sosial yang hidup
tak hanya sendiri dan tak bisa
tanpa orang lain?. Dengan saya berbagi cerita tentang mimpi saya, itu
juga
menjadi wujud bagaimana saya bertanggugjawab untuk perwujudan mimpi saya
atas
kata-kata saya.
Seketika
saya menjadi speechless. "Apa salahnya saya tidak mau berbagi cerita?", teriak saya dalam hati. Penjelasan
kawan dekat saya (bagi saya) cukup menohok atas pernyataan saya di awal.
Rasanya saya seperti “terbanting”. Saya pun diam dan berpikir keras, mencerna
penjelasannya yang menohok itu, beberapa menit. Lalu saya kembali menjelaskan
bahwa tidak ada maksud apapun terhadap hubungan perkawanan kami atas ketidakmauan
saya untuk berbagi cerita padanya. Dengan sambil berjalan mencerna kata-katanya,
saya pun akhirnya berbagi cerita tentang salah satu mimpi saya, yang ternyata
se-visi dengannya, yaitu menjadi entrepreneur,
meski kami berbeda bidang.
Sejak
saat itu lah saya mulai mempertimbangkan lagi ke-kekeh-an prinsip saya tentang
ketidakmauan berbagi cerita tetang mimpi saya. Ada
benarnya pernyataan kawan dekat saya, bahwa ketidakmauan saya berbagi cerita
tentang mimpi adalah bagian dari ketakutan saya sendiri. Saya pun menjadi
teringat ketika dulu saya mengisi kegiatan di beberapa SD. Ketika saya bertanya
apa mimpi adik-adik SD, dengan semangat dan optimisnya mereka bercerita
tentang mimpi beserta alasanya. Ada yang bermimpi menjadi guru, dosen, pemain sepak
bola, dokter, masinis, pilot, polisi, dan
lain-lain. Mencocokkan pernyataan kawan dekat saya dengan pengalaman yang saya
hadapi, memang ada benarnya. Berawal dari peristiwa itu, saya mencoba sedikit mengembangkan
pola pikir saya, salah satunya dengan praktik mau berbagi cerita tentang
mimpi-mimpi saya dalam perjumpaan atau sharing bersama kawan-kawan saya. Well, brave to tell about your dreams!
Yogyakarta,
-dwiajengvye-
2 Komentar
'perjumpaan', 'tersetrum'
BalasHapusPerjumpaan dan tersetrum yang tak bertanda petik atas.
HapusGive ur coment