Bertemu Kembali dengan Tradisi Lama
Apa
yang kamu bayangkan dan pikirkan ketika mendengar kata jamu? Apakah pahit, desa, tradisional, embah-embah, atau
…? Apapun yang ada dalam benakmu, itu pasti hasil dari pengalaman yang kamu
miliki. Jadi hari ini saya bertemu lagi dengan seorang Ibu penjual jamu
tradisional. Sebenarnya sudah pernah sekali atau dua kali bertemu dengannya,
tetapi sdah lama tidak bertemu dan hari ini kejadian itu terulang lagi. Saya pun
langsung memesan jamu kunyit. Inginnya dicampur dengan daun sirih, tetapi saat
tadi daun sirih sedang habis, akhirnya jadilah dua bungkus plastik jamu kunyit.
Minum
jamu, saya jadi ingat dengan tradisi-tradisi saya di masa lalu, ketika saya
masih SMP. Dulu waktu saya kelas VII, di SMP saya ada pelajaran namanya PKK.
Saya lupa kepanjangannya, tapi K yang ke dua adalah Ketrampilan. Di pelajaran
PKK saya diajari tentang banyak hal yang bersifat tradisional, antara lain:
membuat bedak dingin dengan campuran bunga kenanga, bedak jebuk sari, jamu
untuk mencegah dan menghilangkan bau badan, minyak rambut dari daun Dhadhap, minyak rambut dari merang
(batang padi yang dibakar), masker jerawat, dan membuat lulur. Hmm, perempuan
dan tradisional sekali.
Sejak
saat itu saya menjadi semakin rajin bereksperimen membuat jamu. Setelah
berkonsultasi dengan nenek saya, akhirnya saya pun membuatnya. Resep yang masih
saya ingat yaitu membuat jamu untuk mencegah dan menghilangkan bau badan.Bahan
yang perlu disiapkan adalah kunyit 2 biji (bisa dipotong atau utuh), daun sirih
4-5 lembar, daun beluntas 5-7 lembar, dua biji asam (bijinya dibuang), gula
merah secukupnya, dan 3-4 gelas air putih. Cara membuatnya: rebus air putih
bersama kunyit, daun sirih dan daun beluntas hingga mendidih. Lalu masukkan
asam dan gula. Gula bisa sesuai selera, tapi diusahakan tidak terlalu manis
agar rasa jamunya lebih terasa. Jika sudah tercampur semua, lalu angkat dan
biarkan hingga dingin. Biasanya saya membuang biji-biji bahan itu ketika sudah
dingin. Jika hasil jamunya banyak, saya masukkan ke dalam botol dan bisa saya
minum untuk beberapa kali. Namun, diusahakan tidak lebih dari 1 hari karena
rasaya akan basi. Memang cukup ribet, tetapi jika dilakukan secara telaten hasilnya pasti baik. Rasanya
badan lebih segar dan harum.
Dulu
saya hampir tiap minggu membuat jamu seperti itu. Setelah beerkali-kali, mngkin
karena terlalu sering, akhirnya oleh nenek saya tidak diperbolehkan sering
membuat dan minum jamu tersebut. Kata nenek, daun sirih tidak baik jika terlalu
dikonsumsi oleh perempuan yang masih muda dan belum menikah. Hmm, saat itu saya
belum cukup tahu tentang hal itu, akhirnya saya mengiyakan saja dan mengurangi
aktivitas membuat jamu, 1 atau 2 kali dalam sebulan.
Ada lagi yang dulu pernah
dipraktikkan untuk jadi tugas sekolah yaitu bedak dingin jebuk sari. Ini
katanya bisa digunakan untuk menghilangkan jerawat. Bahannya: beras 1,5 genggam
tangan (jumlah tergantung kebutuhan bedak yang dibutuhkan), 2 biji jebuk (biji
pohon Jambe), air putih sedikit, dan bunga Kenanga. Cara membuatnya: beras
direndam satu malam lalu dihaluskan, bisa ditumbuk. Menumbuknya bisa manual
atau diblender, tapi lebih baik ditumbuk agar lebih alami karena tidak
mengandung mesin. Jebuk ditumbuk hingga halus, lalu campurkan dengan beras yang
sudah dihaluskan. Tambahkan sedikit air hingga campuran tepung dan jebuk bisa
dibuat bulatan-bulatan kecil, ukurannya sebesar kelereng.
Diusahakan
bulatannya tidak terlalu besar agar tidak berjamur karena keringnya lebih lama.
Bulatan-bulatan yang sudah jadi lalu dijemur. Bunga kenanga dipotong
kecil-kecil, kemudian ditaburkan ke bulatan-bulatan tersebut. Bunga kenanga ini
fungsinya untuk memunculkan aroma harum pada bulatan bedak, sehingga ketika
bedak dipakai untuk masker bisa menjadi harum dan menenangkan. Jika sudah
benar-benar kering, bulatan bedak disimpan di tempat yang kering atau bisa
dibungkus plastik. Cara menggunakannya: ambil 2-3 biji bulatan bedak, lalu
dicampur dengan air putih secukupnya. Jangan terlalu encer karena susah
menempel di wajah. Jika sudah, maka siap digunakan untuk masker wajah.
Oke,
seperti itulah pengalaman saya di masa dulu. Untuk hasil praktik lainnya, next time saja. Selamat mencoba, semoga
bermanfaat. :D
Yogyakarta,
-dwiajengvye-
0 Komentar
Give ur coment