Fokus pada Objek: Skripsi dan Kehidupan
Jumat,
6 September 2013 adalah hari bimbingan pertama saya dengan DPS kedua. Bimbingan
skripsi hari ini tidak hanya sekedar belajar bagaimana menyusun skripsi, tetapi
juga belajar hal lainya. Yap, hari ini belajar
tentang Idealisasi. Tidak heran mengapa sejak dulu mahasiswa disebut-sebut
sebagai mahkluk idealis. Saya menyadari, membuktikannya, dan saya adalah salah satu penerima gelar itu.
Naskah
yang menjadi objek penelitian skripsi saya terdiri atas 1 pupuh (33 bait).
Memang rencana sejak awal dari 33 bait
itu mau saya jadikan objek penelitian skripsi saya. Namun, hari ini saya
menarik rencana dan merevisi kemauan itu. Ya, saya terlalu idealis. Dengan
segudang pikiran dan tanggungjawab yang harus diselesaikan dalam waktu
bersamaan, 33 bait itu sangat
idealis. Apalagi setelah terdengar kalimat "Sebanyak itu, mau selesai
kapan??..". Memang terdegar pesimis, tetapi saya meyakini bahwa antara pesimis
dan optimis terkadang beda tipis. Pesimis untuk 33 bait untuk sebuah gelar
Sarjana, dan optimis untuk penyelesaian skripsi dan ujian pada tahun ini.
Untuk
mengilangkan pemikiran tentang pesimis itu, akhirnya cara pemikiran saya pun harus
dirubah. Ini bukan masalah tentang pesimis atau optimis, melainkan tentang
manajemen waktu. Dulu saya bermimpi bisa wisuda di bulan Mei bersama dua
sahabat baik saya. Mereka bekerja keras hingga akhirnya mereka menyelesaikan
skripsinya dan mereka berdua wisuda bersama di bulan Agustus kemarin. Sedangkan aku, tiga bulan
skripsi tersimpan rapi di dalam laptop, revisian yang juga tak tersentuh di
dalam map putih karena prioritas kegiatan lain yang menurut saya menyenangkan. Dan…hey, stop! ini bukan waktunya untuk menyesali. Apa gunanya
menyesal jika tanpa ada usaha untuk memerbaikinya. 4 bulan (September, Oktober,
November, Desember) ini lah masa di mana idealisasimu tentang sebuah target
ujian pendadaran dipertaruhkan. Empat bulan akan berjalan sangat cepat. Belajar
dari pengalaman yang lalu, empat bulan harus menjadi bermanfaat. Bermanfaat: bisa menjadikan kita lebih baik dari hari kemarin. Waktu yang tidak
termanajemen dengan baik harus menjadi lebih termanajemen. Memilah dan
memilih, mampu dan berhasil menetapkan prioritas kegiatan.
Memang
sejujurnya, menganggur adalah keadaan di mana saya bisa rawan “stress”. Bukan stress ‘gila’, tetapi stress
‘”gatal” beraktivitas’. Pernah terjadi ketika saya masih semester muda. Semester
di mana saya bisa dikatakan (sok) super-sibuk. Entahlah, semester muda adalah fase semangat ’45, mengikuti kegiatan
ini, mengikuti itu, mengikuti hal lainnya. Satu hari pikiran terpecah dan
terbagi menjadi beberapa ruang yang terkadang, bahkan bercampur-aduk karena tak terkendali. Berangkat
ke kampus pagi-pagi pukul 06.30an (karena saat itu masih kuliah penuh), lalu pulang-pulang
sudah tengah malam dan tidur. Besoknya seperti itu lagi.
Hmm,
it was full day! Hingga pada hari
libur (karena tugas sudah banyak terselesaikan), muncullah rasa “stress” itu.
Harusnya kan bisa
menikmati hiburan atau saya merefreshing
pikiran dan diri, tapi ternyata malah
“sress”. Rasanya mau beraktivitas terus, berkegiatan dan tidak berhenti. Aneh
sih, memang. Mengingat ketika banyak tugas yang harus diselesaikan, rasanya
sangat capek dan ingin segera tidur dan menikmati libur. Tapi setelah semua
berlalu, rasanya ingin dan ingin menyibukkan diri lagi. Semua kecapekan itu terasa
nikmat, feelnya terasa banget. Dan lama-lama... ya,
itu semacam rasa “ketagihan” dan untungnya sih ”ketagihan” positif. ;)
Kembali
ke topik: empat bulan harus bekerja keras. Benar kata DPS kedua
saya: fokus pada objek. Benar karena yang terjadi di dalam skripsi saya adalah
kekurang-fokusan terhadap objek. Sama halnya dengan pikiran-pikiran saya yang
juga kurang fokus terhadap skripsi. Masih terpecah dan terbagi-bagi dalam
banyak hal, entahlah. Memang terkadang ambisi terhadap sesuatu itu muncul,
mimpi-mimpi yang ingin segera dimulai untuk melangkah, ide-ide yang terkadang
menghabiskan waktu dan mengalihkan fokusitas pikiran terhadap fokus utama:
skripsi.
Oke cukup sampai di sini saja. Selamat bekerja keras. Salam semangat! :)
Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-
0 Komentar
Give ur coment