Setelah sekian lama saya menjalani aktivitas memasak, akhirnya hari ini saya menemukan kedalaman makna dari aktivitas memasak itu sendiri. Seperti kurang kerjaan juga sih mencari-cari maknanya, tetapi makna ini sungguh bermanfaat untuk memahami kehidupan. Memahami bahwa semua hal memberikan pelajaran, memberikan makna, tentunya harus dengan ketajaman cara pandang kita terhadap segala hal di sekitar kita..
Oke, jadi makna “memasak” hari ini muncul berawal dari rasa perut yang sedang sangat lapar. Menjadi “sangat” karena sejak kemarin pola waktu makan saya sangat tidak teratur. Seingat saya, sehari kemarin saya hanya makan mie telur rebus, juga hasil masakan saya sendiri dan sebiji roti isi pisang, coklat dan keju. Keesokan harinya atau hari ini, sejak pagi hingga siang langsung bersibuk dengan penyusunan revisi-revisi skrip**. Memasak pun juga jadi lalai karena memang dilalaikan karena terlalu asik menikmati mengetik. Karena perut sudah sangat lapar, saya pun menyempatkan untuk memasak beras lalu melanjutkan mengetik lagi. Satu jam-an berlalu, nasi pun sudah jadi, tapi sayur?? Belum siap.
Semakin tidak tahan, saya pun menyempatkan memasak sayur Terong. Sebenarnya sudah sejak kemarin belanja sayur Terong, tetapi niat memasaknya kalah dengan rasa malas karena terus ditunda. Menahan lapar sambil mengupas Terong pun tiba-tiba terasa nikmat ketika pikiran melayang kemana-mana: “Ya, memasak itu ibarat proses kehidupan”. Proses yang harus dijalani dengan penuh sabar, kerja keras dan pengorbanan. Seperti halnya rasa lapar yang tertahan pagi hingga siang ini, saya harus menjalani proses: mengupas sayur Terong, memasak beras, membuat bumbu, mulai menggoreng hingga semua masakan siap untuk bisa makan dan memanjakan perut saya. Sebenarnya bisa saja saya langsung pergi ke warung makan dan membeli nasi bungkus untuk memanjakan perut, tapi tidak untuk siang ini. Saya memilih untuk melanjutkan memasak. Selain karena bahan-bahan sudah ada dan siap, ternyata malah siang ini menemukan pelajaran hidup itu.
Memasak itu ibarat proses kehidupan.Seperti halnya keinginan, tujuan, mimpi, cita-cita atau hal-hal yang ingin kita capai, juga harus melewati proses, perjuangan, kerja keras dan pengorbanan. Ibarat membeli nasi bungkus di warung makan, cara pencapaian mimpi itu juga bisa demikian, tetapi itu sebuah ke-instan-an. Seperti beli ikan kaleng siap saji di supermarket. Enak sih, tapi dampak bahan pengawetnya tidak baik untuk kesehatan kita ke depannya. Contoh nyata lainnya? Pembelian “kursi” oleh Calon Pegawai Negeri Sipil. Hak setiap orang sih, tetapi esensinya akan sangat jauh berbeda dengan CPNS yang benar-benar mengikuti proses seleksi yang diadakan hingga akhirnya berhasil lolos CPNS.
Nah, yuk mari mencoba membuktikan pelajaran dari makna  memasak saya hari ini. Berbeda cara, berbeda rasanya lho, seperti menu makan siang saya hari ini. Meskipun entah bagaimana rasa hasil masakan saya, tetapi kebahagiaan batin karena berhasil menjalani proses memasak sungguh lebih membahagiakan. Saya juga jadi tahu dan mendapat banyak kesempatan untuk terus belajar bagaimana menghasilkan masakan yang enak tetapi tetap aman untuk kesehatan saya. Ya, berkat proses memasak. Sepertinya kehidupan kita juga begitu. Semakin kita menjalani proses, maka hasil itu akan berbanding lurus dengan proses kita, bahkan bisa jadi lebih karena Tuhan Maha Pemurah. Oke, mari berproses. :)



Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-

0 Komentar