Semangat dan niat itu seperti ban sepeda. Ketika ban sudah terpompa keras, maka sepeda harus rajin bahkan selalu digunakan. Jika tidak, ban sepeda akan cepat kempes, mungkin juga bocor. Semakin rajin sepeda digunakan dan dijalankan, maka ban sepeda justru akan menjadi lebih awet. Ya mungkin suatu waktu akan terjadi kebocoran, tapi itu hanya sekali dua kali, tergantung kehati-hatian dan kewaspadaan kita terhadap kondisi jalanan. Tetapi itu juga bisa menjadi tantangan, bagaimana kita tetap mau berusaha memerbaiki ban itu ketika terjadi kebocoran.
Begitu juga semangat dan niat. Ketika semangat dan niat sudah siap, maka lebih baik niat itu segera diwujudkan. Lebih cepat lebih baik. Jika tidak, maka niat itu akan semakin teruji, tergoda oleh setan-setan yang selalu berusaha menggagalkan niat kita. Semakin kita mau bergerak untuk mewujudkannya, maka semangat dan niat itu pun menjadi semakin kuat. Ibaratnya, iman kita semakin tebal.
Hal ini bisa saja terjadi di semua bidang. Contohnya: skripsi.
Perjalanan pengerjaan skripsi, adaa saja yang terus menggoda. Jiwa semangat dan niat sih tentu ada, tapi fisiknya itu, terkadang kalah saingan sama setan-setannya, sehingga tertunda karena memang ditunda. Harusnya memang ketika semangat dan niatnya sudah ada, ya langsung dilaksanakan agar tidak tergoda hal-hal lain.
Ada lagi contohnya, mau ikut lomba. Masih kurang 2 bulan menjelang deadline pengumpulan, santainya minta ampun tidak mencari bahan. Tetapi ketika kurang dua-tiga-empat hari baru bingung-bingungnya. Bersamaan dengan banyak agenda acara atau kegiatan, lalu ujung-ujungnya tidak jadi ikut lomba. Hmm. Pasti saat itu setan-setan sedang mengibarkan bendera kemenangannya sambil bersorak-tawa ala setan.
Masih banyak contoh lainnya yang bisa kamu lihat, mulai dari pengalaman pribadimu yang mungkin tidak atau belum tersadari telah dan sudah terjadi. Jika sudah sadar, mari kembali bergerak. Semangaaat! :)

Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-

0 Komentar