#Lombok: Beautiful Island (Part 2)
Mengenang
segala kenangan ketika berada di Pulau Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat memang
tak pernah ada bosannya. Bagaimana tidak, pergi, hidup dan tinggal di sana adalah pengalaman
pertama dalam hidupku. Selalu saja ada rasa syukur atas terwujudnya mimpi kecil
untuk berpetualang ke luar Jawa.
Ini adalah sebagian dari banyaknya kenangan dan kejadian yang
kumiliki ketika aku KKN (Kuliah Kerja Nyata) PPM UGM antarsemester genap
2011/2012 di Desa Jerowaru Kec.Jerowaru dan Desa Pulau Maringkik Kec. Tanjung
Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. KKN yang memberikan banyak ilmu hidup yang sangat bermanfaat. Namun, pada bagian cerita ini hanya khusus tentang Desa Pulau Maringkik.
![]() |
(Desa Pulau Maringkik ketika pagi, 2012) |
Sepuluh hari
terakhir masa kegiatan operasional KKN, kami (aku dan aggota tim Unit 32)
berpindah lokasi KKN di Desa Pulau Maringkik. Sebelum keberangkatan, kami
mempersiapkan segala macam kebutuhan (pribadi dan tim) untuk dibawa ke sana. Perjalanan kami
menuju Pulau Maringkik menggunakan perahu. Itu adalah perjalan ke dua-ku ke sana setelah pertama
kalinya untuk survey lokasi. Perahunya lumayan lebih aman daripada perahu yang
kutumpangi pertama kali yang ukurannya lebih kecil dan jarak badan dengan air laut sangat
dekat. Namun, perjalanan ke dua kami dilakukan di sore hari, sekitar pukul
14.00 WITA. Sebelumnya kami sempat ragu untuk berangkat pada jam itu karena
setelah pukul 12.00 WITA cuaca dan kondisi di laut selalu kurang baik. Waktu itu,
anginnya memang sedikit lebih kencang daripada pagi hari, tetapi karena persiapan
kami sudah selesai dan juga megejar waktu, kami tetap melakukan perjalanan pada hari itu juga.
Tiba
di Pulau Maringkik, kami disambut dengan senang dan mengharukan untuk kami. Hampir seluruh warga dekat pondokan kami berdatangan ke
dermaga. Di sana
hanya ada satu dermaga, sehingga apabila ada orang datang apalagi orang baru,
warga selalu mengetahui. Bapak, Ibu, adik, dan kakak, semuanya membantu kami
membawa barang-barang milik kami ke rumah pondokan. Untungnya pondokan kami lumayan
dikelilingi oleh rumah warga. Kemudian kami
membersihkan dan menyiapkan pondokan agar bisa lagsung digunakan, apalagi waktu itu bulan Ramadhan, harus menyiapkan hal-hal lainnya.
![]() |
(Pondokan Tim Unit 32, 2012) |
Hari pertama aku
di sana rasanya
sedikit asing. Setiap kali aku mau melewati rumah warga (ketika mau ke masjid),
selalu dipandangi oleh warga. Mungkin karena aku bukan warga Pulau Maringkik
dan facenya pun berbeda (suku Jawa). Namun,
setelah beberapa hari aku dan teman-teman melakukan adaptasi dengan warga dan
lingkungannya, lama-lama rasanya pun nyaman.
Desa Pulau Maringkik berada di tengah-tengah laut, sehingga jarang ada air tawar. Kamu bisa
membayangkan bagaimana jika air laut lebih banyak daripada air tawar. Ketika
tinggal di sana,
aku tidak setiap hari mandi (karena terpaksa). Beberapa hari pertama, aku hanya
membersihkan diri dengan tisu basah. Rasanya ya begitu lah. Aku lupa pada hari
ke berapa dan berapa kali aku mandi dalam sepuluh hari itu, intinya mandiku bisa
dihitung.Hahaha :D
Dalam
menggarap Pulau Maringkik, tim kami dibagi menjadi tiga bagian wilayah sesuai
sub unit yang terdiri atas tiga sub unit. Sub unitku mendapat bagian Pulau
Maringkik bagian selatan. Kebetulan kepala desa Pulau Maringkik berada di
wilayah bagian sub unitku. Aku lupa nama beliau (hehehe), dan beliau adalah
kepala desa yang pertama di sana yang belum lama
dilantik sebelum aku KKN di sana.
Oh
iya, dalam kegiatan KKN kami di Pulau Maringkik, kami lebih dulu kenal dengan Bu
Asiah dan Suaminya. Itu karena pada awal sebelum hari pelaksanaan (proses) kami
dibantu oleh beliau berdua. Bu Asiah adalah ibu rumah tangga yang juga seorang
penenun kain tenun Maringkik, sedangkan suaminya adalah kepala sekolah di
SD-SMP Pulau Maringkik. Aku dan beberapa teman lainnya sering bermain ke rumah
beliau, baik untuk membahas hal untuk keperluan program KKN maupun hanya untuk iseng bermain
saja. Bu Asiah sangat baik. Satu hal yang membuatku suka kepada beliau, beliau
adalah salah satu pelopor dan pejuang perempuan atas perkembangan dan kemajuan tenun Maringkik.
![]() |
(Bu Asiah sedang menenun, 2012) |
Beliau
bercerita bahwa ketika masih muda beliau tidak bisa menenun. Berkat kegigihan
niat dan usahanya sendiri, beliau otodidak belajar menenun. Berhasil bisa
menenun, beliau membentuk kelompok penenun perempuan. Dulu perempuan warga
Pulau maringkik tidak semua memiliki pekerjaan. Beliau membentuk kelompok
tenun, lalu mengajari para perempuan muda maupun tua di sana untuk belajar tenun, hingga akhirnya
sekaraang sudah banyak perempuan yang bisa menenun dan memiliki penghasilan. Sekarang kelompok tenun pun
juga sudah cukup banyak. Hampir semua pemilik rumah memiliki alat tenun dan
bisa menenun. Mulai pagi hingga malam, ketika aku jalan-jalan melewati rumah
warga, selalu terdengar suara gerakan alat tenun.
![]() |
(Hasil karya tenunan Bu Asiah, 2012) |
Warga
Pulau Maringkik sangat ramah. Hampir semua pemilik rumah selalu menawarkan dan
mengajakku dan teman-teman untuk mampir bermain di rumahnya setiap kali kami
lewat di sekitar rumah warga. Kata salah satu warga, warga Pulau Maringkik
memang seperti itu, sangat ramah. Apabila kita tidak mau mampir ke rumahnya,
bisa menjadi sebuah penolakan dan kemarahan bagi warga. Ini yang sangat parah
sekaligus mengharukan. Masalahnya, KKN kami dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
Tim kami ada jadwal piket masak untuk mempersiapkan menu santap berbuka dan
sahur. Jika harus makan di rumah warga, kasihan makanan kami. Tetapi kami juga
tidak enak hati dan perasaan kepada para warga yang sudah mengajak berbuka
bersama di rumahnya. Jika berbuka di rumah warga yang satu, warga yang lain
nantinya akan cemburu. Maksud mereka
memang baik, tetapi mungkin situasi dan konsidi kurang bisa kami atur dan
kami pilih.
Ada lagi. Di Pulau
Maringkik selalu ada pembagian jatah air tawar yang dilakukan setiap pagi hari.
Jadi, tiap pagi para Ibu dan Bapak antri mengambil air tawar. Mereka
menampungnya di dalam jurigen. Bagi orang penting di sana termasuk keluarga Bu Asiah, mendapat
jatah air tawar lebih banyak disbanding warga biasa. Karena tahu kondisi Pulau
Maringkik yang jarang air tawar, kami pun setiap hari dan setiap kali lewat
rumah warga, kami sering ditanya sudah mandi atau belum, dan mereka selalu
menawarkan kepada kami untuk mandi di rumahnya. Pokoknya sungguh sangat ramah
dan baik hati. Namun, dalam kegiatan sehari-hari, warga Pulau Maringkik dikenal
sangat boros. Terlihat ketika Ibu-ibu berbelanja ke pasar, seringnya membeli
sayur dan makanan yang mewah. Ya memang seimbang sih dengan pendapatan suaminya
yang seorang nelayan.
Nelayan
di Pulau Maringkik biasanya melaut dengan waktu beberapa hari. Kerennya,
terkadang melautnya hingga ke wilayah dekat Australia. Pernah diberi cerita
oleh Ibu Asiah, bahwa pernah ada salah satu warga Pulau Maringkik yang ditangkap
dan dipenjara di Australia
karena sudah melewati batas wilayah Australia. Ia ditangkap, kapalnya
disita lalu ia dipenjara. Uniknya, kata beliau, dipenjara di Australia
sangat enak, diberi makan dan uang ketika ia dikembalikan ke Pulau Maringkik. Maka tak heran jika kata Bu
Asiah, warga Pulau Maringkik yang pernah ditangkap lebih ingin berada dipenjara
daripada pulang ke Pulau Maringkik.Hahaha,konyol sekali. :D
Berbicara
tentang harapan hidup, di Pulau Maringkik terkenal dengan angka harapan hidup
yang cukup tinggi. Di sana
tidak jarang ada orang yang umurnya sudah puluhan bahkan lebih dari 100 tahun
tetapi masih sangat sehat. Awalnya aku sangat heran ketika sholat di masjid,
selalu bertemu dengan nenek-nenek yang juga sedang sholat di sana. Di sana
hanya ada satu masjid, jadi hampir semua warga pergi beribadahnya ke sana, khususnya sholat
tarawih. Ketika ke masjid, aku bertemu nenek-nenek yang sudah tua banget, ada
yang kurus, ada yang gemuk, tapi masih kuat dan semangat berjalan, sholat,
bahkan mengaji.
Dulu
aku pengen banget berbincang-bincang dengan beliau-beliau, untuk bercerita dan
bertanya tentang apa saja tentang Maringkik maupun pengalaman beliau. Namun,
siapa sangka, ternyata mereka hampir semua tidak bisa berbahasa Indonesia.
Jadi, selama sepuluh hari aku dan teman-teman sholat tarawih di masjid, ya
hanya bersalaman, menyapa dan senyum. Itu saja terkadang nenek-neneknya tanpa
ekspresi, entah karena kami terlihat asing bagi mereka atau mengapa. Pernah aku
berbincang-bincang dengan salah satu nenek, aku lupa namanya. Beliau pernah
bercerita yang intinya bahwa putrinya bersekolah di daerah Jerowaru atau mana
gitu, aku lupa, tetapi ceritanya menggunakan bahasa Sasak Bugis. Aku
menjawabnya dengan bahasa Indonesia.
Aku dan nenek itu saling menjawab, lalu tertawa bersama. Setelah semua
perbincangan berakhir, dalam hati aku bertanya, benar atau tidak yang tadi kujawab maupun jawaban nenek itu. Ah, yang penting aku dan nenek itu akhirnya
saling mengenal dan ingat dengan wajah masing-masing.Hahaha.
Hubungan
hedonisme dan konsumerisme dengan kegiatan KKNku di Pulau Maringkik
kontras. Aku yang ketika di Jogja, semua fasilitas yang kubutuhkan ada.
Swalayan, motor, bioskop, bis, pesawat, dan lain-lain, semuanya ada. Namun, di Pulau Maringkik
tidak ada. Beberapa hari selama di sana
pernah aku tidak melihat apapun yang seperti ada di Jogja, kecuali televisi dan
HP. Motor pun, aku hanya melihat sekali, itu pun hanya beberapa menit ketika ada
seorang warga sedang belajar naik motor. Rasanya itu dunia yang sangat baru
untukku.
Satu
yang selalu menjadi mantra sekaligu pelajaran yang sangat berguna: BAHAGIA ITU SANGAT SEDERHANA. Bagaimana
tidak, aku bisa mandi dengan setengah
atau seperempat ember air tawar saja sudah menjadi kebahgiaan tersendiri
untukku. Bisa cuci muka, bisa gosok gigi meskipun tidak mandi, juga sudah
menjadi kebahagiaan. Bisa jalan kaki ke mana-mana, melihat apapun misalnya view yang ada di sana, menjadi kebahagiaan. Huwaaa…rasanya
bahagiaku saat itu sangat sederhana, sangat dan sangat. Rasanya memang
seperti tidak ada kehidupan, tetapi semua yang kurasakan dan kunikmati sudah
lebih dari cukup, tidak pengen ini, pengen itu (karena memang tidak ada fasilitasnya). Aku melihat kehidupan pun baru
beberapa hari terakhir ketika aku ikut Bibi (tetangga pondokan kami) ke pasar Tanjung Luar. Mau ke pasar
pun harus melakukan perjalanan menggunakan kapal, menyeberang laut sekitar 30
menit. Di pasar Tanjung Luar aku melihat pom bensin (tetapi sudah off), sayuran segar, ikan-ikan yang
sebelumnya belum pernah kutemui ketika di Jawa,
melihat mobil, ATM, pokoknya muncul sebuah kehidupan lah meskipun tidak selengkap di Jawa.
Satu
pelajaran itu lah yang selalu menjadi ingatan dan kenangan yang sampai kapan
pun tidak akan pernah kulupakan. Terkadang, ketika di Jogja, ketika aku merasa sedikit
kecewa karena ada yang kurang ini atau kurang itu, atau segala sesuatu yang
rasanya kurang puas, langsung mulai mengingat masa KKN di sana. Bagaimanapun bahagia sangat
sederhana. Menjadi sangat sederhana ketika aku bisa menyukuri segala yang
diberikan Tuhan kepadaku.
Berada
di Pulau Maringkik sepuluh hari seperti berbulan-bulan. Keakraban dan kekeluargaan
kami dengan warga sudah cukup baik. Hari H kepulangan tim unit 32 ke Jerowaru
disambut sedih dan tangis oleh warga Pulau Maringkik, khususnya yang sudah
banyak bertemu, berkomunikasi, dan hubungan kekeluargaan lainnya. Begitu juga aku dan teman-temanku semua. Rasanya berat
untuk meninggalkan, tetapi itu sudah menjadi tuntutan yang harus dilakukan.
Sumpah, nyesek sekali rasanya ketika hari H kala itu. Andaikan KKN bisa lebih
lama lagi, aku dan teman-teman pun tidak akan bermasalah, justru senang dan
bahagia. Namun, kegiatan operasional KKN kami hanya 35 hari dan waktu itu berdekatan
dengan Hari Raya Idul Fitri, jadi segala urusan transportasi dan urusan lain
untuk pulang ke Jogja juga harus segera difixkan.Tiket bisa atau pesawat yang sudah terpesan, sudah terjadwal dan tidak bisa diganggu gugat.
![]() |
(Suasana perpisahan di dermaga, 2012) |
Baiklah,
cukup sekian saja cerita tentang KKNku khususnya di Desa Pulau Maringkik.
Semoga bermanfaat untukmu dan siapa saja yang membaca tulisan ini. Satu pesan,
cobalah untuk menyukuri segala milikmu di hari ini dan di hari-hari mendatang. Dijamin kamu akan bahagia, karena bahagia itu sederhana. Buktikan saja. Mari bersyukur! :) :) :)
Yogyakarta,
-Dwi Ajeng Vye-
-Dwi Ajeng Vye-
6 Komentar
Thanks dah berkunjung
BalasHapusSama-sama. terimakasih sudah berkunjung ke blog saya :)
HapusAku harap anda dan teman2 anda bisa menginjakkan kaki untuk yg kedua kalinya ke pulau kami
BalasHapusDan memberi pelajaran lagi pada anak2 yg sekarang lagi,,,,!!!
Sama2 semoga anda bisa menginjakkan kaki anda untuk yg kedua kalix ke pulau kami...!!!
BalasHapusSama2 semoga anda bisa menginjakkan kaki anda untuk yg kedua kalix ke pulau kami...!!!
BalasHapusSama2 semoga anda bisa menginjakkan kaki anda untuk yg kedua kalix ke pulau kami...!!!
BalasHapusGive ur coment