Dulu aku pernah bermimpi ingin bisa berpetualang ke luar Jawa. Saat itu aku merencanakan misiku itu dengan mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diadakan oleh kampus, dan aku memilih di luar pulau Jawa, yaitu Lombok Timur, Nusa Teggara Barat. Dulu sih belum kepikiran Lombok Timur itu seperti apa dan bagaimana, karena yang aku pikir, aku harus bisa dan jadi KKN di sana. Nah, pada tanggal 6 Juli 2012 aku berangkat ke sana bersama rombongan KKN unit 32. Kami berangkat pukul 16.00an WIB.
Kami tiba di Banyuwangi tanggal 7 Juli pukul 05.00 WIB, lalu menyeberang menggunakan kapal menuju Gilimanuk. Sampai di Gilimanuk sekitar pukul 08.00 WITA. Setelah itu, kami melakukan perjalanan lagi menggunakan bis, kami melewati pulau Bali. Sebenarnya itu kali pertama aku ke Bali, tapi sayang sekali hanya melewati saja. Pukul 14.00an WITA kami mulai menyeberang menuju Lombok hingga malam. Kami sampai di Lombok sekitar pukul 00.00an WITA, lalu perjalanan darat lagi menuju Asrama Haji dan tiba sekitar pukul 02.30 WITA. Kami memang sengaja menginap di Asrama Haji karena tidak memungkinkan untuk langsung menuju ke lokasi KKN.
Kami mulai berangkat ke desa Jerowaru pukul 16.45an WITA. Kami di antar menggunakan bis dari dinas Kabupaten Lombok Timur. Kami sampai di lokasi KKN sekitar pukul 17.30 WITA. Kami turun di depan SD Jerowaru, lalu meletakkan tas dan barang-barang di sana. Sebelum bergegas ke dalam SD, kami menuju ke Balai Desa Jerowaru untuk disambut oleh kepala Desa Jerowaru. Alangkah herannya aku, kepala desa Jerowaru sangat nyentrik (menurutku). Masih lumayan belum tua banget, tapi penampilan dan stylenya muda banget, keren pokoknya. Haha.
Hari pertama bermalam di SD, kami tidur di mushola SD. Maklum, karena kami belum menyiapkan ruang yang pas dan bersih yag siap digunakan untuk tidur. Sebenarnya SD Jerwaru bukan lokasi untuk pondokan kami, tetapi karena ada miss-komunikasi, akhirnya kami disediakan tempat di SD itu. Paginya, kami bergotong-royong kerja bakti membersihkan ruanggan bekas kantor guru untuk dijadikan tempat tidur bagi putra dan putri. Setelah melalui beberapa bertimbangan, akhirnya disepakati bersama bahwa pondokan putri berada di depan (dekat dengan jalan raya), sedangkan putra berada di belakanng, bekas kantor guru yang dekat dengan mushola.
Beberapa hari pertama, kami masih beradapasi dengan lingkungan dan warga sekitar SD. Di lingkungan SD, kami diterima dengan sangat baik oleh guru-guru dan para siswa. Kami memasak di dapur guru SD, sebelahan dengan pondokan putri. Sebenarnya air di desa Jerowaru lancar, tapi tak tahu mengapa di SD 5 Jerowaru mesin pompa airnya sering eror, kadang airnya naik kadang tidak. Bisa naik pun itu hanya sedikit dan hanya sebentar, jadi bisa dibilang tidak lancar. Oleh karena itu, kami terpaksa memasak dengan mengguakan air sumur SD, sedangkan kami mandi di rumah warga.
KKN kami menggarap 2 lokasi, yaitu di desa Jerowaru dan Pulau Maringkik. Karena waktu operasional KKN kami sangat sedikit yaitu 35 hari, kami membagi waktu dengan banyak pertimbangan. 20 hari pertama, kami berada di desa Jerowaru, dan 10 hari terakhir kami berada di Pulau Maringkik. Sebenarnya 20 hari pertama itu tidak seluruhnya utuh digunakan untuk menjalankan tugas KKN. Mungkin hanya 2 minggu waktu yang benar-benar utuh, sedangkan sisanya untuk menyesuaikan dengan lingkungan dan masyarakat.
Di desa Jerowaru kami menggarap 3 dusun, yaitu Jerowaru Daye, Bat dan Jor. Setelah dibagi, aku dan teman-temanku sub-unit 1 mendapat jatah di dusun Jor. Di sana kami membuat program di SD dan lingkungan Jor. Kebetulan, sewaktu kami tiba di desa Jerowaru, di Dusun Jor sedang dilakukan pemilihan kepala dusun. Ketika kami mulai terjun ke lapangan, alhamdulillah kepala dusun sudah terpilih. Kepala dusun kami adalah seorang aktivis dan tokoh masyarakat, begitu juga istrinya. Aku dan teman-teman putrid lebih akrab dengan istri beliau. Kami sering berbincang-bincang, berbagi pengalaman. Aku termotivasi dan terinspirasi oleh Ibu Kadus. Aku lebih suka menyebutnya sebagai tokoh pejuang perempuan. Beliau adalah pejuang perempuan yang berjuang keras demi memajukan kelompok usaha di Dusun Jor, khususya usaha terasi. Beliau juga pernah menjadi perwakilan di pertemuan kelompok usaha mikro di Jakarta, dan beliau adalah satu-satunya orang yang dipilih untuk mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Beliau juga pernah mendirikan PAUD. Awalnya beliau mengumpulkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan PAUD dengan gratis. Namun, usaha tersebut lambat laun menjadi mati. Hal itu karena berkurangnya kesadaran para ibu tentang pentingnya menyekolahkan anaknya, khususya PAUD. Meskipun begitu, beliau tidak langsung berhenti begitu saja. Beliau tetap berjuang menghidupkan kembali usaha untuk mendirikan PAUD. Sewaktu kami masih KKN di sana, beliau masih pada tahap persiapan fasilitas. Beliau sedang mengusahakan untuk mengajuka dana kepada Pemerintah untuk membangun PAUD. Jika usahanya tetap tidak disetujui, beliau berencana untuk membangun sendiri PAUD dengan biaya dari keluarga beliau.
            Ibu Kadus kami sangat optimis. Pemikiran beliau sangat visioner. Daerah Jerowaru terkenal menikah di usia dini. Meskipun begitu, beliau memotivasi putri-putrinya untuk bersekolah dan mengejar cita-cita. Untungnya, putri-putri beliau termotivasi dan memiliki cita-cita yang ingin diraihnya. Putri pertama beliau saat itu kelas 2 SMA, ke dua kelas 6 SD, sedangkan yang terakhir belum bersekolah.

Yogyakarta,

Dwi Ajeng Vye

0 Komentar